TIMES PARE PARE, CIANJUR – Kementerian Ekonomi Kreatif RI (Kemenekraf RI) mengambil langkah strategis dengan menggandeng Yayasan Rawindra Kata Hara untuk merintis proyek bertajuk 'The Cianjur Experience'.
Inisiatif ini merupakan perpaduan antara harmonisasi Musik Cianjuran, cita rasa khas kopi Cianjur, dan penelusuran sejarah lokal.
Kolaborasi ini dirancang untuk mengubah strategi promosi wilayah, dari sekadar menjajakan barang menjadi menyajikan pengalaman kultural yang menyeluruh, dengan Kemenekraf berperan penting sebagai pihak yang memfasilitasi integrasi antar-kementerian dan subsektor yang berbeda.
Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, menyampaikan secara tidak langsung bahwa "Program ini memiliki potensi yang sangat besar dan selaras dengan Indikator Kinerja Utama (KPI) Kemenekraf, terutama yang berhubungan dengan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, investasi, dan nilai ekspor."
Dia juga menekankan,agar dampaknya bisa konkret dan luas, pihaknya tidak bisa bekerja sendiri, banyak pihak yang perlu dilibatkan.
"Kami siap menjadi orkestrator untuk menguatkan sinergi lintas kementerian dan lintas subsektor dalam mendukung program ini," ucap Teuku Riefky Harsya dalam keterangan yang diterima TIMES Indonesia, Jumat (14/11/2025).
Yayasan Rawindra Kata Hara, sebuah organisasi yang berfokus pada peningkatan literasi di Indonesia terinspirasi dari semangat intelektual mendiang Ramadhan K.H. sedang mempersiapkan proyek awal yang disebut "The Cianjur Experience: Integrasi Musik Tradisi, Komoditas, dan Sejarah Daerah."
Tujuan utama dari proyek ini adalah merumuskan taktik pemasaran wilayah melalui pendekatan yang terintegrasi, yaitu melalui musik tradisional, komoditas unggulan daerah, dan narasi sejarah setempat.
Pemilihan Kabupaten Cianjur sebagai lokasi studi awal didasarkan pada kekayaan unsur lokalnya, seperti Musik Cianjuran, kopi Cianjur, dan cerita sejarah yang menghubungkan aspek budaya dan ekonomi kreatif di daerah tersebut.
Perwakilan Yayasan Rawindra berpendapat bahwa potensi kopi di Nusantara masih belum dimanfaatkan sepenuhnya. Oleh karena itu, mereka berniat mengubah metode promosi dari menjual produk menjadi menjual pengalaman, sebuah pendekatan yang diharapkan dapat meningkatkan daya tarik global.
Senada dengan pandangan tersebut, dalam hal ini Menekraf Teuku Riefky Harsya mengemukakan bahwa kekuatan narasi memegang peranan kunci sebagai taktik untuk meningkatkan investasi di sektor ekonomi kreatif.
Dirinya menambahkan, "Investasi subsektor ekraf di semester pertama tahun ini mencapai 66 persen. Harapannya angka ini terus meningkat melalui program seperti ini, yang mengusung strategi storytelling dalam memasarkan produk kreatif berbasis kearifan lokal.”
Di sisi lain, Delegasi Yayasan Rawindra Kata Hara, Aming Sukandar, memaparkan bahwa saat ini total luas lahan perkebunan kopi nasional mencapai hampir 1,3 juta hektare, sebuah peningkatan signifikan dari sekitar 800 ribu hektare pada tahun 2015.
Namun, ia menyayangkan bahwa potensi ekspor belum maksimal sebab tingkat konsumsi kopi di pasar domestik jauh melampaui ekspor. Aming Sukandar menyatakan, bahwa produksi kopi kita tinggi, tetapi ekspornya tidak terlalu besar karena penyerapan di dalam negeri sangat besar.
Padahal kata dia, di balik itu ada ratusan ribu tenaga kerja yang menggantungkan hidup di sektor kopi, dari PTPN hingga Perhutani. Harapan kami pemerintah bisa hadir secara nyata di dunia kopi, agar potensi besar ini bisa terkelola dan bernilai tambah bagi masyarakat.
Lebih lanjut, Pendiri Yayasan Rawindra Katahara, Gilang Ramadhan, menilai Cianjur adalah contoh yang ideal untuk mengembangkan kolaborasi antara komoditas dan budaya daerah.
Menurut pandangannya, Cianjur memiliki dua aset berharga yang saling terkait, yaitu kopi Cianjur dan musik Cianjuran, yang dapat dirangkai dalam satu kesatuan narasi sejarah dan identitas lokal yang kuat.
"Kami ingin mendorong musik tradisi ke permukaan dengan menggunakan kopi sebagai medium. Musik Cianjuran kami tempatkan sejajar dengan komoditas kopi Cianjur, agar keduanya menjadi satu identitas daerah yang kuat," jelas Gilang.
Lebih jauh dia juga menegaskan bahwa proyek ini lebih dari sekadar kopi atau musik, melainkan tentang bagaimana Indonesia dapat dengan percaya diri memperkenalkan sejarah, nilai, dan narasi budayanya ke mata dunia.
Ketua Harian Yayasan, Aldino Putra, menjelaskan bahwa proyek di Cianjur ini diproyeksikan tidak hanya menjangkau pasar lokal hingga global melalui kegiatan di dalam negeri, tetapi juga akan dilanjutkan dengan aktivasi internasional.
Aldino menambahkan, "Proyek di Cianjur ini akan menjadi blueprint untuk nantinya bisa direplikasi ke kota-kota lain seperti Jakarta, Palu, NTT, Bali untuk mengangkat keunggulan daerah masing-masing dan memberdayakan masyarakatnya. Lalu di fase kedua kami ingin bisa adakan aktivasi di 4 kota yaitu Vancouver, Los Angeles dan New York, dan Oslo." (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Melodi Berpadu Aroma Kopi, 'The Cianjur Experience' Bakal Diangkat ke Kancah Global
| Pewarta | : Wandi Ruswannur |
| Editor | : Ronny Wicaksono |